Seorang paramedis DI Laboratorium yang memegang
sebuah sampel virus di Hengyang, Provinsi Henan, China, pada hari Rabu
(19/02/2020). Data ini terakhir yang di catat oleh korban tewas akibat virus
corona/COVID-19 dan pada hari Kamis (20/02/2020) ada 108 orang yang meninggal
dunia di Provinsi Hubei, ini merupakan Kota pusat tempat penyebaran yang paling
parah terjadi penyebaran dari wabah virus corona tersebut.
Sampai dengan saat sekarang ini jumlah orang yang positif terinfeksi virus corona masih dalam keadaan terus meningkat di seluruh dunia. Selain itu, ada angka kematian yang sampai saat ini terus bertambah dan mengalami peningkatan serius di beberapa negara luar yang berdekatan dengan China.
Indonesia sendiri sudah saat ini sudah 2 orang yang telah dinyatakan terinfeksi virus corona. Dan kabar adanya 2 WNI yang dinyatakan terinfeksi virus corona ini, disampaikan langsung oleh Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi persnya, pada hari Senin (2/3/2020) kemarin.
Hingga saat ini, pada hari Selasa (3/3/2020) dinyatakan total kasus yang terinfeksi virus corona ini, tercatat di seluruh dunia adalah sebanyak 90.255 kasus. Dari pernyataan tersebut jumlah orang yang terinfeksi ada 3.080 kematian di seluruh dunia dengan jumlah pasien yang sudah disembukan mencapai sembuh sebanyak 45.202. orang.
Orang beresiko
meninggal karena terinfeksi virus corona
Para ahli mengungkapkan orang-orang yang seperti apa yang paling berisiko meninggal dunia karena virus corona. Dilansir dari Asia One, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)sudah menaikkan penilaian risiko globalnya ke tingkat waspada pada hari Jumat lalu.
Dengan adanya krisis kesehatan diseluruh dunia kini semakin mendekati pada virus corona sendiri yang dianggap WHO sebagai sebuah virus yang sangat mudah terjadi penularan danakan tetapi tidak separah SARS. Oleh karena itu mereka yang mudah terinfeksi virus corona adalah orang dewasa yang sudah berumur lanjut
Dimana diungkapkan oleh Teknisi pendukung klinis Douglas Condie yang mengekstrak virus corona dari sampel swab sampai dengan struktur genetik virus corona yang dapat dianalisis dan diidentifikasi oleh laboratorium tempat pengujian coronavirus di Glasgow Royal, Inggris pada hari Rabu (19/02/2020). (Jane Barlow/POOL/AFP) mengungkapkan bahwa ada juga orang dengan kondisi jantung lemah atau hipertensi, sehingga menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kematian dampak dari virus corona.
Kesimpulan tersebut diambil dari statistik awal, termasuk dari penelitian yang mencapai lebih dari 72.000 orang di China. Dari 44.700 yang infeksi virus corona ini sudah ada yang dikonfirmasi melalui tes laboratorium pada pertengahan Februari ini, yang mencapai lebih dari 80 persen terjadinya kematian yang berusia setidaknya 60 tahun ke atas, dan separuhnya yang berusia 70 tahun ke atas, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh CDC Weekly China resmi. Bahwa yang di laporan pada awal, yang disamoaikan dari luar China juga mengatakan bahwa hal yang serupa. Dimana 12 korban pertama dilaporkan terjadi di Italia sebagian besar yang sudah berusia 80 tahun keatas.
Bahkan sampai saat ini berdasarkan sebuah sampel kecil itu tidak ada yang orang yang berusia di bawah 60 tahun, dan beberapa di antaranya memiliki masalah jantung yang serius. Ada seorang pria yang melakukan penelitian di China yang lebih cenderung rentang terjadi kematian dibandingkan dengan perempuan dengan selisih hampir 3 banding 2.
Apakah ini beralasan ?
Para ahli mengungkapkan orang-orang yang seperti apa yang paling berisiko meninggal dunia karena virus corona. Dilansir dari Asia One, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)sudah menaikkan penilaian risiko globalnya ke tingkat waspada pada hari Jumat lalu.
Dengan adanya krisis kesehatan diseluruh dunia kini semakin mendekati pada virus corona sendiri yang dianggap WHO sebagai sebuah virus yang sangat mudah terjadi penularan danakan tetapi tidak separah SARS. Oleh karena itu mereka yang mudah terinfeksi virus corona adalah orang dewasa yang sudah berumur lanjut
Dimana diungkapkan oleh Teknisi pendukung klinis Douglas Condie yang mengekstrak virus corona dari sampel swab sampai dengan struktur genetik virus corona yang dapat dianalisis dan diidentifikasi oleh laboratorium tempat pengujian coronavirus di Glasgow Royal, Inggris pada hari Rabu (19/02/2020). (Jane Barlow/POOL/AFP) mengungkapkan bahwa ada juga orang dengan kondisi jantung lemah atau hipertensi, sehingga menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap kematian dampak dari virus corona.
Kesimpulan tersebut diambil dari statistik awal, termasuk dari penelitian yang mencapai lebih dari 72.000 orang di China. Dari 44.700 yang infeksi virus corona ini sudah ada yang dikonfirmasi melalui tes laboratorium pada pertengahan Februari ini, yang mencapai lebih dari 80 persen terjadinya kematian yang berusia setidaknya 60 tahun ke atas, dan separuhnya yang berusia 70 tahun ke atas, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh CDC Weekly China resmi. Bahwa yang di laporan pada awal, yang disamoaikan dari luar China juga mengatakan bahwa hal yang serupa. Dimana 12 korban pertama dilaporkan terjadi di Italia sebagian besar yang sudah berusia 80 tahun keatas.
Bahkan sampai saat ini berdasarkan sebuah sampel kecil itu tidak ada yang orang yang berusia di bawah 60 tahun, dan beberapa di antaranya memiliki masalah jantung yang serius. Ada seorang pria yang melakukan penelitian di China yang lebih cenderung rentang terjadi kematian dibandingkan dengan perempuan dengan selisih hampir 3 banding 2.
Apakah ini beralasan ?
Seperti kita sadari bahwa perilaku sehari-hari dimana
pria seringkali pria di China umum nya peokok berat, sementara perempuan hanya
beberapa dari sinilah faktor biologis, seperti perbedaan hormon, hingga kini
masih belum diketahui.
Bagaimana dengan virus corona pada anak-anak?
Ada sebuah penemuan yang mengejutkan diungkapkan sendiri oleh penelitian di China adalah bahwa hampir tidak adanya kasus virus corona yang menyerang anak-anak.
Satu persen infeksi menyerang kelompok usia dari 10 sampai 19 tahun dan anak-anak di bawah 10 tahun yang mencapai kurang lebih satu persen, tanpa kematian berdasarkan hasil dari laporan, dan kami sampai saat sekarang ini masih berusaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari kasus yang di antaranya mereka yang mencapai usia di bawah 20 tahun," kata Dr Cecile Viboud, seorang ahli epidemiologi di Pusat Internasional Kesehatan Nasional Institut Fogarty AS, kepada AFP dalam sebuah wawancara.
"Apakah itu karena anak-anak kecil lebih rentan daripada orang dewasa, dan dengan demikian tidak terinfeksi? Atau jika mereka terkena infeksi virus corona, sehingga mereka tidak akan sampai parah."
Informasi ini sangat mengejutkan dunia dimana dinyatakan bahwa virus corona yang terinfeksi pada orang-orang yang sangat muda sangat rendah, karena mereka cenderung menjadi yang paling sangat rentan dengan infeksi pernapasan - apakah virus atau jenis bakteri, kata Cecile.
Dr David Fisman, seorang ahli epidemiologi di Universitas Toronto, menjelaskan juga dia merasa kebingungan bahwa dengan fakta mengenai virus corona dan anak-anak tersebut.
Bagaimana dengan virus corona pada anak-anak?
Ada sebuah penemuan yang mengejutkan diungkapkan sendiri oleh penelitian di China adalah bahwa hampir tidak adanya kasus virus corona yang menyerang anak-anak.
Satu persen infeksi menyerang kelompok usia dari 10 sampai 19 tahun dan anak-anak di bawah 10 tahun yang mencapai kurang lebih satu persen, tanpa kematian berdasarkan hasil dari laporan, dan kami sampai saat sekarang ini masih berusaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan dari kasus yang di antaranya mereka yang mencapai usia di bawah 20 tahun," kata Dr Cecile Viboud, seorang ahli epidemiologi di Pusat Internasional Kesehatan Nasional Institut Fogarty AS, kepada AFP dalam sebuah wawancara.
"Apakah itu karena anak-anak kecil lebih rentan daripada orang dewasa, dan dengan demikian tidak terinfeksi? Atau jika mereka terkena infeksi virus corona, sehingga mereka tidak akan sampai parah."
Informasi ini sangat mengejutkan dunia dimana dinyatakan bahwa virus corona yang terinfeksi pada orang-orang yang sangat muda sangat rendah, karena mereka cenderung menjadi yang paling sangat rentan dengan infeksi pernapasan - apakah virus atau jenis bakteri, kata Cecile.
Dr David Fisman, seorang ahli epidemiologi di Universitas Toronto, menjelaskan juga dia merasa kebingungan bahwa dengan fakta mengenai virus corona dan anak-anak tersebut.
Yang dimana anak-anak yang terinfeksi?"
tulisnya dalam email.
"Ini sangat penting dan mungkin anak-anak tidak diuji, bisa jadi karena mereka memiliki gejala-gejala ringan."
Berdasarkan dari penjelasan lain mengenai virus corona adalah bahwa dimana anak-anak di China ini tidak bersekolah untuk liburan atau Tahun Baru Cina ketika virus mulai menyebar secara luas pada bulan Januari lalu.
Kebijakan di Indonesia terhadap wabah virus corona. Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio. Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengungkapkan dan menilai pemerintah tidak memiliki kebijakan terhadap dalam menangani serta pencegahan virus corona.
"Sekarang memang banyak informasi yang tidak jelas sebetulnya bagaiman untuk penanganan Covid-19 itu bagaimana tanggapan dari pemerintah selain hanya berdoa dan tidak, tidak ada, tidak ada (yang positif terjangkit virus corona)," ujar Agus dilansir dari Kompas.com, Minggu (1/3/2020).
Menurut Agus, pemerintah belum memberikan petunjuk yang jelas. Terkait apa yang harus dilakukan masyarakat dan ke mana tempat yang harus dituju jika se waktu-waktu terjadinya gejala penyakit yang disebabkan covid-19.
Selain itu, kata Agus juga menyinggung soal kontrol terhadap masuknya orang asing ke negara Indonesia, baik melalui darat, laut maupun udara. Dalam pandangannya, bahwa tidak ada sebuah kebijakan-kebijakan dalam penanganan yang konkret dalam menangani situasi yang membahayakan ini sehingga perlu kita antisipasi.
"Misalnya, sekarang ini kita mempunyai sebanyak 34 bandara internasional, dengan situasi seperti ini sebetulnya hanya dibuka katakan tidak lebih dari 3 bandara, Soekarno-Hatta, Denpasar sama Kualanamu sehingga kurang kontrol dari orang asing yang masuk ke sini kan jelas. Kebijakan itu pun kan tidak ada," sambung Agus.
Dia pun tak memungkiri bahwa ada sebuah pendekatan atau penanganan khusu dari pemerintah dalam isu ini lebih kepada sektor ekonomi. Kata Agus.
"Ini sangat penting dan mungkin anak-anak tidak diuji, bisa jadi karena mereka memiliki gejala-gejala ringan."
Berdasarkan dari penjelasan lain mengenai virus corona adalah bahwa dimana anak-anak di China ini tidak bersekolah untuk liburan atau Tahun Baru Cina ketika virus mulai menyebar secara luas pada bulan Januari lalu.
Kebijakan di Indonesia terhadap wabah virus corona. Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagio. Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengungkapkan dan menilai pemerintah tidak memiliki kebijakan terhadap dalam menangani serta pencegahan virus corona.
"Sekarang memang banyak informasi yang tidak jelas sebetulnya bagaiman untuk penanganan Covid-19 itu bagaimana tanggapan dari pemerintah selain hanya berdoa dan tidak, tidak ada, tidak ada (yang positif terjangkit virus corona)," ujar Agus dilansir dari Kompas.com, Minggu (1/3/2020).
Menurut Agus, pemerintah belum memberikan petunjuk yang jelas. Terkait apa yang harus dilakukan masyarakat dan ke mana tempat yang harus dituju jika se waktu-waktu terjadinya gejala penyakit yang disebabkan covid-19.
Selain itu, kata Agus juga menyinggung soal kontrol terhadap masuknya orang asing ke negara Indonesia, baik melalui darat, laut maupun udara. Dalam pandangannya, bahwa tidak ada sebuah kebijakan-kebijakan dalam penanganan yang konkret dalam menangani situasi yang membahayakan ini sehingga perlu kita antisipasi.
"Misalnya, sekarang ini kita mempunyai sebanyak 34 bandara internasional, dengan situasi seperti ini sebetulnya hanya dibuka katakan tidak lebih dari 3 bandara, Soekarno-Hatta, Denpasar sama Kualanamu sehingga kurang kontrol dari orang asing yang masuk ke sini kan jelas. Kebijakan itu pun kan tidak ada," sambung Agus.
Dia pun tak memungkiri bahwa ada sebuah pendekatan atau penanganan khusu dari pemerintah dalam isu ini lebih kepada sektor ekonomi. Kata Agus.
0 komentar:
Post a Comment